Connect with us

habarbalangan

LDKS MAN 2 Balangan Bentuk Jiwa Kepemimpinan Siswa

Published

on

Habarbalangan – Suara tawa, semangat, dan lantunan yel-yel menggema di kawasan Al-Fatah Stable, tempat puluhan siswa MAN 2 Balangan mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) pada 7–8 November 2025. Selama dua hari satu malam, para peserta digembleng bukan hanya untuk menjadi pemimpin, tetapi juga untuk menemukan jati diri dan memaknai arti tanggung jawab sesungguhnya.

Kegiatan yang menjadi ajang kaderisasi calon pengurus OSIM (Organisasi Siswa Intra Madrasah) periode 2025/2026 ini dibuka dengan Apel Pembukaan pada Jumat sore pukul 15.00 WITA. Dalam suasana khidmat, Muhammad Fahreza, mewakili panitia, menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang mendukung kegiatan tersebut.

“Atas nama panitia, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, baik dalam bentuk tenaga maupun materi,” ujarnya.

“Tujuan utama LDKS ini bukan hanya membentuk pemimpin, tetapi juga mempererat silaturahmi dan mengasah keterampilan dalam berorganisasi,” tambahnya.

Dukungan penuh juga datang dari Kepala MAN 2 Balangan, Uwais Alkarani, yang menegaskan pentingnya LDKS sebagai wadah belajar sekaligus latihan tanggung jawab bagi para calon pemimpin muda.

“Saya sangat bangga dan mendukung kegiatan ini, karena LDKS adalah proses belajar bagi siswa tingkat bawah untuk memimpin OSIM di masa depan,” tutur Uwais.

Setelah apel pembukaan, para peserta langsung disuguhkan materi-materi padat namun inspiratif. Uwais Alkarani menjadi pemateri pertama dengan topik Konsep Kepemimpinan dan Empat Sifat Wajib Rasulullah — Siddiq, Amanah, Tablig, dan Fathanah.

“Pemimpin itu harus benar, dapat dipercaya, mampu menyampaikan kebenaran, dan cerdas agar kelompoknya tidak kacau,” tegasnya, menekankan pentingnya integritas moral dalam kepemimpinan.

Sesi berikutnya menghadirkan Ahmad Junaid dengan tema yang tak kalah menarik, “Leadership is Not Bullying.” Ia mengajak peserta memahami bahwa kekuasaan bukan untuk menekan, melainkan untuk membimbing.

“Kenapa pemimpin bisa diejek oleh anggotanya? Karena dia tidak memiliki jiwa kepemimpinan yang baik,” ungkapnya, sembari menjelaskan bahwa perilaku merundung kerap muncul dari lingkungan yang toksik dan rasa superioritas.

Malam harinya, suasana berubah lebih hangat dan reflektif. Api unggun menyala di tengah lapangan, disertai pentas seni yang menampilkan bakat para peserta. Namun keseruan itu tak berhenti di sana — menjelang dini hari pukul 02.00, peserta mengikuti Jurid Malam, sebuah sesi yang menguji mental, disiplin, dan ketahanan fisik mereka.

Hari kedua diisi dengan kegiatan Wide Game yang menantang. Peserta dibagi dalam kelompok dan berpacu menyelesaikan berbagai misi di tiap pos sambil meneriakkan yel-yel penuh semangat. Dari sini, kemampuan kerja sama, strategi, dan kepemimpinan mereka benar-benar diuji.

Menjelang sore, LDKS resmi ditutup melalui Apel Penutupan yang berlangsung pukul 16.00 WITA. Selain pembagian hadiah lomba yel-yel, ada satu momen yang paling dinanti — Ritual Siraman. Dalam suasana haru dan penuh makna, air siraman menjadi simbol penyucian diri, komitmen untuk meninggalkan sifat buruk, dan kesiapan menyandang amanah sebagai pemimpin baru OSIM.

LDKS tahun ini bukan sekadar pelatihan, tapi perjalanan spiritual dan emosional bagi para peserta. Dari tawa hingga refleksi dini hari, semua pengalaman itu menumbuhkan satu hal penting: kesadaran bahwa menjadi pemimpin berarti siap melayani, bukan dilayani.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending